Tanggal 14 Desember 2007 aku melanjutkan kembali perawatan gigiku dengan melewati saat-saat menegangkan. Cabut gigi!
Dengan doa yang terus tergumam di hati (bukan di mulut, kan dibius), dan bismillahirrahmaanirrahiim, tidak sampai 15 menit proses cabut gigi selesai. Gigiku tercinta aku relakan untuk terpisah dari mulutku, selamanya. (Sedih kan...)
Mau tau tampangku saat pulang dari dokter gigi, tak bisa merasakan bibirku sendiri, dan bertampang seperti drakula setelah mengisap darah mangsanya dan belum sempat membersihkan sisa darah yang menempel di ujung bibir? Atau seperti macan tutul yang baru aja memangsa rusa dan belum sempat kumur-kumur? Pokoknya sereeeem deh...Dan aku harus menunggu seminggu lagi untuk kembali mengunjungi dokter gigi guna pemasangan kawat orthodonti.
Saat itu aku kehilangan senyum di bibirku (kan harus menggigit kapas hingga satu jam). Tetapi, anehnya, hatiku justru tersenyum lega telah melewati masa ini.
Tersenyum dalam hati karena membayangkan beberapa saat lagi aku akan memberikan senyuman di bibirku dengan gigi lebih kinclong! (Kan ada kawat metalnya, yang pasti kinclong kalo memantulkan cahaya.. he..he..)
Friday, May 30, 2008
Konsultasi Gigi
Pada akhir Bulan November 2007, aku ke dokter gigi untuk berkonsultasi. Berdasarkan pemeriksaan gigi geligiku, dokter menyarankanku untuk merawat gigiku yang susunannya berantakan.
Di awal Bulan Desember 2007, pemeriksaan lanjutan dilakukan untuk merencanakan penanganan yang tepat. Dari hasil analisis X-ray gigiku dan hasil cetak gigi, dokter menyarankan pemasangan kawat orthodonti (behel) di gigi atas dan gigi bawah. Ternyata gigiku tidak “compatible” dengan ukuran gerahamku. Bila hal ini tidak ditangani, bisa menyebabkan lemahnya akar gigi karena fungsi pengunyahan yang tidak sempurna. Akibatnya bisa fatal, memang tidak terjadi sekarang sih, tetapi diprediksi jika tidak ditangani, akar yang lemah akan membuat gigi mudah terlepas. Hiii.. mengerikan.
Membahas tentang gigi, berarti membahas sebuah sistem. Selain bentuk dan ukuran geraham, bentuk gigi, susunan gigi serta kondisi akar gigi, juga terkait dengan bagaimana gigi-gigi kita bersinergi dalam menjalankan fungsinya. Bila gigi tidak bekerja dengan baik, akan mempengaruhi sistem pencernaan dan sistem dalam tubuh lainnya.
Setelah dianalisis lebih lanjut, dokter menginformasikan bahwa aku kekurangan“ruang” untuk gigiku bisa berkerja sempurna. Sehingga dokter memutuskan untuk mencabut dua gigi geraham atasku, tepatnya dua gigi geraham di belakang gigi taring.
Ternyata tak mudah bagiku mengiyakan keputusan dokter untuk mencabut dua buah gigi gerahamku yang kondisinya “sehat wal afi’at”. Butuh waktu hingga dua minggu untuk aku mempertimbangkan kelanjutan perawatan gigiku. Bayangkan, dua buah gigi gerahamku tercinta yang sehat wal afi’at harus tepisah dari tubuhku, dengan sengaja! (Ini bukan karena aku manusia narsis ya....)
Sebagai seorang muslim, yang pertama aku pertanyakan adalah boleh dan tidak boleh. Beberapa orang yang cukup dalam ilmu agamanya mengatakan untuk pertimbangan kesehatan, pencabutan gigi boleh dilaksanakan. Bahkan ada yang mengatakan bila pertimbangan kesehatan dan merawat karunia-Nya yang menjadi landasan, maka perawatan gigi, termasuk mencabut gigi menjadi wajib dilakukan. Jawaban dari pertanyaanku juga aku peroleh dari browsing ke berbagai situs. (Insya Allah, akan aku tunjukkan beberapa file hasil browsingnya, atau bisa link ke http://abuhukma.blogspot.com/2006_12_01_archive.html).
Ok. Bismillahiraahmaanirrahiim... Aku membuat jadwal untuk ketemu dokter untuk cabut gigi pada hari Jumat depan.
Aku senyum. Senyum penuh kesadaran akan keputusan ”rela berpisah” dengan gigi geraham kecilku Jumat depan.
Senyum, walaupun rasanya agak pahit.
Di awal Bulan Desember 2007, pemeriksaan lanjutan dilakukan untuk merencanakan penanganan yang tepat. Dari hasil analisis X-ray gigiku dan hasil cetak gigi, dokter menyarankan pemasangan kawat orthodonti (behel) di gigi atas dan gigi bawah. Ternyata gigiku tidak “compatible” dengan ukuran gerahamku. Bila hal ini tidak ditangani, bisa menyebabkan lemahnya akar gigi karena fungsi pengunyahan yang tidak sempurna. Akibatnya bisa fatal, memang tidak terjadi sekarang sih, tetapi diprediksi jika tidak ditangani, akar yang lemah akan membuat gigi mudah terlepas. Hiii.. mengerikan.
Membahas tentang gigi, berarti membahas sebuah sistem. Selain bentuk dan ukuran geraham, bentuk gigi, susunan gigi serta kondisi akar gigi, juga terkait dengan bagaimana gigi-gigi kita bersinergi dalam menjalankan fungsinya. Bila gigi tidak bekerja dengan baik, akan mempengaruhi sistem pencernaan dan sistem dalam tubuh lainnya.
Setelah dianalisis lebih lanjut, dokter menginformasikan bahwa aku kekurangan“ruang” untuk gigiku bisa berkerja sempurna. Sehingga dokter memutuskan untuk mencabut dua gigi geraham atasku, tepatnya dua gigi geraham di belakang gigi taring.
Ternyata tak mudah bagiku mengiyakan keputusan dokter untuk mencabut dua buah gigi gerahamku yang kondisinya “sehat wal afi’at”. Butuh waktu hingga dua minggu untuk aku mempertimbangkan kelanjutan perawatan gigiku. Bayangkan, dua buah gigi gerahamku tercinta yang sehat wal afi’at harus tepisah dari tubuhku, dengan sengaja! (Ini bukan karena aku manusia narsis ya....)
Sebagai seorang muslim, yang pertama aku pertanyakan adalah boleh dan tidak boleh. Beberapa orang yang cukup dalam ilmu agamanya mengatakan untuk pertimbangan kesehatan, pencabutan gigi boleh dilaksanakan. Bahkan ada yang mengatakan bila pertimbangan kesehatan dan merawat karunia-Nya yang menjadi landasan, maka perawatan gigi, termasuk mencabut gigi menjadi wajib dilakukan. Jawaban dari pertanyaanku juga aku peroleh dari browsing ke berbagai situs. (Insya Allah, akan aku tunjukkan beberapa file hasil browsingnya, atau bisa link ke http://abuhukma.blogspot.com/2006_12_01_archive.html).
Ok. Bismillahiraahmaanirrahiim... Aku membuat jadwal untuk ketemu dokter untuk cabut gigi pada hari Jumat depan.
Aku senyum. Senyum penuh kesadaran akan keputusan ”rela berpisah” dengan gigi geraham kecilku Jumat depan.
Senyum, walaupun rasanya agak pahit.
Wednesday, May 28, 2008
Catatan Awal
Bukan karena aku "narsis habis", tapi aku cuma pengin berbagi pengalaman aja. Aku akan menceritakan proses perawatan gigi orthodonti yang sedang aku jalani. Mudah-mudahan bermanfaat bagi yang sedang dan akan melakukan perawatan orthodonti juga. Bagi yang punya pengalaman dan informasi lainnya mengenai orthodonti, silakan bagi-bagi infonya.
Oya, aku tidak tau banyak tentang "ilmu" orthodonti, jadi aku hanya menuliskan yang aku alami. Bagi dokter gigi dan para profesional di bidang per-gigi-geligi-an, silakan memberi informasi yang "sebenar-benarnya" dari sudut pandang kepakaran gigi geligi.
Semoga bermanfaat,
Salam (dan ini sambil tersenyum)
Oya, aku tidak tau banyak tentang "ilmu" orthodonti, jadi aku hanya menuliskan yang aku alami. Bagi dokter gigi dan para profesional di bidang per-gigi-geligi-an, silakan memberi informasi yang "sebenar-benarnya" dari sudut pandang kepakaran gigi geligi.
Semoga bermanfaat,
Salam (dan ini sambil tersenyum)
Subscribe to:
Posts (Atom)