Monday, February 27, 2012

Tuesday, February 21, 2012

Artikel Menarik nih: "Tanya-Jawab Sebelum Salah Langkah Ketika Pasang Behel Gigi"


Tanya-Jawab Sebelum Salah Langkah Ketika Pasang Behel Gigi

Written on 7 January, 2011 – 17:46 | by Rahmat Zikri |

Menyambung tulisan saya sebelumnya yang ternyata sangat populer (Jangan Pasang Kawat Gigi Sembarangan), kali ini saya mencoba membuat posting yang berisi beberapa daftar pertanyaan yang umum diajukan. Pertanyaan-pertanyaan ini biasanya diajukan oleh mereka yang ingin memasang kawat gigi (orthodontic), namun jarang sekali mendapatkan informasi yang tepat.

Beberapa pertanyaan-pertanyaan di sini juga merupakan lanjutan dari pertanyaan yang kerap muncul setelah saya menulis posting sebelumnya itu, baik yang diajukan langsung di bagian komentar tulisan tersebut atau yang ditanyakan langsung ke [klinik] istri saya (drg. Vera Susanti Z, Sp.Ort).

Posting ini mungkin sekali akan saya update dengan pertanyaan-pertanyaan (beserta jawabannya) yang lain, yang mungkin pada saat awal saya tulis terlewatkan (silahkan melihat nomor-nomor pertanyaan yang terakhir ketika kembali berkunjung ke mari). Jika Anda belum membaca tulisan saya yang sebelumnya, ada baiknya Anda juga membaca tulisan tersebut beserta pertanyaan-pertanyaan dan jawaban yang ada di bagian komentar.

Berikut adalah daftar pertanyaan yang seringkali diajukan dan jawabannya:

1. Tanya: Saya sudah terlanjur pasang dengan bukan dokter gigi spesialis orthodonti, dan baru menyadari masalah pada perawatan gigi saya. Apakah saya bisa melanjutkan kontrol di tempat Anda (Sp.Ort)?

Jawab: Perawatan gagal yang dilakukan di tempat lain tidak bisa dilanjutkan di dokter spesialis orthodonti. Dokter Sp.Ort akan membongkar dan mengenai tarif pasang baru terhadap pasien seperti ini. Ini karena hampir bisa dipastikan perawatan yang dilakukan oleh non Sp.Ort tidak didasari oleh ilmu yang memadai.

Secara teknis seharusnya pada pasien gagal seperti ini dikenai biaya yang lebih mahal. Karena proses memperbaiki pekerjaan yang salah jauh lebih berat ketimbang memperbaiki gigi orang yang belum pernah melakukan perawatan orthodonti sama sekali. Jadi, jangan berharap malah lebih murah karena pernah pasang kawat gigi sebelumnya. Niat awal yang tadinya ingin di tempat yang lebih murah malah membuat Anda justru harus mengeluarkan duit lebih banyak, atau menanggung akibat salah perawatan seumur hidup.

2. Tanya: Saya sudah punya kawatnya, apakah saya bisa minta pasang dan kontrol di tempat Anda (Sp.Ort)?

Jawab: Tidak bisa. Pada saat ini ada banyak sekali orang yang menawarkan behel murah. Behel-behel seperti ini sangat tidak bisa dipertanggungjawabkan kualitasnya. Tidak akan ada seorang pun dokter gigi spesialis orthodonti yang akan membantu memasangkan kawat gigi yang tidak jelas seperti itu.

Perlu diketahui bahwa terdapat beberapa ukuran kawat gigi. Masing-masing ukuran memiliki kelenturan yang berbeda. Pada proses perawatan orthodonti yang benar, sangat mungkin dokter akan beberapa kali mengganti ukuran kawat gigi pada pasien, disesuaikan dengan proses yang sedang ingin dilakukan oleh si dokter. Artinya, tidak mungkin Anda seenaknya membeli kawat gigi yang tidak jelas ukuran dan fungsinya.

Kawat gigi yang dijual bebas (ada banyak di forum-forum Facebook, Kaskus, dsb) dengan harga bahkan di bawah Rp 1 juta, bahkan beberapa di antaranya diperoleh para penjual tersebut dengan harga modal tidak lebih dari Rp 100.000, yang diperoleh dari China (kata kunci: China. Apa pun bisa mereka bikin tiruannya). Dengan populernya penggunaan behel di kalangan remaja, bisa dibayangkan betapa besarnya peluang bisnis dan keuntungan yang ada di depan mata para penjual tak bertanggungjawab tersebut.

3. Tanya: Berapa usia maksimal untuk bisa pakai kawat gigi?

Jawab: Tidak ada batasan usia maksimal. Selama gigi masih komplit dan sehat, sah-sah saja untuk menggunakan kawat gigi.

4. Tanya: Berapa usia minimal untuk bisa pakai kawat gigi?

Jawab: Tidak ada batasan usia minimal juga. Hanya sebaiknya sejak awal dilakukan pemeriksaan untuk mendeteksi adanya kelainan bentuk pada rahang (misal rahang bawah lebih maju ketimbang rahang atas), maka perawatan harus dilakukan sedini mungkin. Sedangkan jika masalahnya hanya karena gigi menumpuk/berjejal, perawatan bisa dilakukan setelah semua gigi tetap tumbuh.

5. Tanya: Mengapa biaya pasang behel di dokter gigi spesialis orthodonti lebih mahal ketimbang di tempat lain?

Jawab: Orthodontist tidak akan menggunakan kawat gigi berkualitas rendah, apalagi murahan. Pemilihan kawat gigi terkait dengan hasil akhir perawatan. Selain itu, Orthodontist berbekal ilmu yang diperoleh dari (setidaknya) 3 tahun belajar khusus masalah-masalah terkait ilmu orthodonti. Bandingkan dengan dokter gigi biasa yang hanya ‘sempat’ mempelajari penggunaan alat orthodonti lepasan sekilas di salah satu matakuliah. Apalagi jika dibandingkan dengan ahli gigi di pinggir jalan. Jadi wajar saja, selain karena bahan yang digunakan tidak asal-asalan dan tidak murahan, sebab lain tentu sebagai ‘apresiasi’ atas ilmu.

Ongkos yang terlihat lebih mahal sebanding dengan hasil perawatan yang bisa dijamin secara keilmuan, ketimbang di tempat yang terlihat lebih murah, namun pada akhirnya sebagian besar berujung dengan kegagalan perawatan. Perlu diketahui bahwa hasil akhir yang benar tidak sekedar terlihat rapih, tapi juga mesti bisa menggigit dengan baik, simetris, dsb (baca posting terdahulu). Ongkos murah tetapi perawatan lama dan tak kunjung selesai, atau berakhir tidak sesuai harapan dan fungsi yang benar, untuk apa?

Ketika Anda menjadi salah satu korban kegagalan sebuah perawatan orthodonti dan terpaksa harus mengunjungi dokter gigi spesialis orthodonti, itu artinya Anda harus kembali keluar biaya (dan melupakan uang yang sudah terbuang pada perawatan sebelumnya) dan tentu membuang waktu dan tenaga.

Berdasarkan surat edaran Ikorti (Ikatan Orthodontist Indonesia) beberapa waktu lalu, pasien korban perawatan gagal yang dilakukan oleh non-orthodontist bisa membuat laporan dan berita acara untuk menggugat dokter gigi yang melakukan perawatan orthodonti tersebut. Berdasarkan laporan tersebut Ikorti akan menindaklanjuti dan melaporkan pada PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia) setempat. Hal ini terkait dengan ijin praktek yang diberikan (pada prinsipnya selain Sp.Ort tidak mempunyai ijin melakukan tindak perawatan orthodonti, sehingga praktek pemasangan kawat gigi yang dilakukan oleh selain Sp.Ort merupakan pelanggaran profesi).

6. Tanya: Amankah memasang kawat gigi di tukang gigi di pinggir jalan?

Jawab: Pemasangan kawat gigi pada dokter gigi yang bukan spesialis orthodonti saja secara keilmuan dan profesi tidak dapat dipertanggungjawabkan. Apalagi pemasangan pada orang yang tidak pernah mendapatkan pendidikan kedokteran gigi.

Ahli gigi di pinggir jalan (yang dikenal juga dengan istilah tehniker) adalah orang yang belajar dan bekerja pada model gigi. Mereka tidak pernah mempelajari langsung pada gigi yang terdapat di tengkorak manusia. Jadi mereka tidak pernah tahu dan belajar mengenai aspek medis terkait dengan alat-alat yang mereka gunakan. Saat ini Pemerintah ingin menghilangkan praktek-praktek tukang gigi pinggir jalan dengan cara tidak mengeluarkan ijin baru, sehingga secara alami lambat laun akan habis dengan sendirinya.

Perlu diketahui bahwa kalau pun tukang gigi memiliki ijin dari Dinas Kesehatan, ijin yang mereka miliki hanya untuk membuat gigi tiruan dari akrilik dan memasang gigi tiruan lepasan dengan syarat tidak menutupi sisa akar gigi. Tukang gigi dilarang melakukan penambalan gigi dengan bahan apa pun, membuat atau memasang gigi palsu cekat. Tukang gigi juga tidak memiliki wewenang melakukan pencabutan gigi dan juga tindak medik apa pun.

7. Tanya: Bisa ngga, kalau periksa dan sebagainya di dokter, lalu pasangnya di ahli gigi?

Jawab: Lihat jawaban di atas. Sami mawon.

8. Tanya: Ahli gigi yang saya kenal adalah ahli gigi spesialis orthodonti. Dia sudah memegang beberapa sertifikat. Amankah saya memasang kawat gigi di sana?

Jawab: sama saja dengan jawaban di atas. Tidak ada istilah ahli gigi spesialis orthodonti atau spesialis behel.

9. Tanya: Berapa lama waktu perawatan orthodonti?

Jawab: Lamanya perawatan bergantung pada beberapa faktor, di antaranya: tingkat kesulitan/masalah gigi pasien, kerajinan pasien untuk datang kontrol secara rutin, jenis kawat yang digunakan, pengetahuan dan pengalaman dokter yang melakukan perawatan, dsb. Jadi pada setiap orang/kasus tidak bisa dipukul rata lamanya waktu perawatan.

10. Tanya: Apakah boleh kalau saya hanya mau pasang kawat gigi untuk gigi atas saja?

Jawab: Perawatan ortodonti yang benar dimaksudkan agar fungsi kunyah antara gigi atas dan gigi bawah optimal, di mana gigi atas dan gigi bawah bisa menggigit dengan pas. Hanya melakukan perawatan pada gigi atas saja tentu tidak memberikan hasil apa-apa selain kepuasan semu.

11. Tanya: Bagaimana mengetahui bahwa hasil perawatan orthodonti saya sudah benar?

Jawab: Cara termudah adalah dengan merasakan katupan antara gigi atas dan gigi bawah Anda. Lihatlah di cermin, apakah ada bagian yang terlihat sebagai celah (tidak menggigit sempurna). Lihat juga, apakah gigi depan bagian atas bertemu dengan gigi depan bagian bawah tanpa jarak yang signifikan. Perhatikan juga garis tengah gigi Anda, apakah garis tengah gigi atas segaris dengan hidung? Jika tidak, artinya gigi Anda tidak simetris karena salah perawatan.

Pemeriksaan lain bisa dilakukan dengan mengunjungi lab yang menyediakan layanan foto panoramik gigi. Lihat-lah susunan geligi Anda sampai akar-akarnya, pada foto rontgen yang dihasilkan.

12. Tanya: Saya ingin menggunakan kawat gigi, tapi dana terbatas. Apa yang sebaiknya saya lakukan?

Jawab: Daripada terjerumus pasang di tempat yang kelihatannya murah tetapi hasilnya tidak dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan dan profesi, lebih baik mendatangi kampus-kampus yang memiliki program pendidikan dokter gigi spesialis ortodonti terdekat, seperti di UI (Salemba), Unpad, UGM, Unair, USU, Unbraw, dsb. Kasus gigi Anda akan dikerjakan oleh para dokter gigi yang sedang mengambil program spesialisasi orthodonti, di bawah bimbingan dan pengawasan dokter orthodonti senior. Pilihan ini lebih bisa dipertanggungjawabkan ketimbang pasang di non-orthodontist, apalagi mengingat hasil perubahan gigi Anda merupakan syarat kelulusan mereka. Jadi tidak bakal asal-asalan.

Pemasangan orthodonti di kampus UI (Salemba) pada klinik Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Orthodonti pada tahun 2011 ini menghabiskan biaya pasang sekitar Rp 5 juta. Jangan lupa, ini adalah harga kampus. Selain dikerjakan oleh orang yang kompeten, bahan yang digunakan bisa dipertanggungjawabkan kualitasnya.

Klinik di kampus ini merupakan wahana tempat calon spesialis orthodonti menimba ilmu dan pengalaman. Bukan klinik yang mengejar keuntungan. Antara dokter dan pasien ada hubungan saling membutuhkan dan menguntungkan. Pasien untung karena dikerjakan oleh mereka yang sedang mengambil spesialisasi orthodonti di bawah pengawasan dokter-dokter orthodontist senior. Dokter yang sedang mengambil program spesialis orthodonti ini pun membutuhkan Anda (sebagai pasien) agar mereka bisa lulus (setiap calon spesialis orthodonti harus berhasil menyelesaikan perawatan sekurangnya 20 pasien sampai selesai).

Sekarang silahkan renungkan, yang harga kampus dan tidak mengejar keuntungan saja harganya RP 5 juta. Kualitas seperti apa yang diharapkan dari sebuah behel berharga di bawah itu (misal ada yang menawarkan Rp 3juta; bayangkan, modalnya berapa? nilai tersebut pastilah sudah dengan ambil untungnya bukan? di luar kampus, siapa dokter atau ahli gigi yang mau memasang tanpa mengambil untung?).

Sebagai informasi, kawat gigi yang digunakan di klinik PPDGS Orthodonti UI hanya produk yang terbaik (3M atau Ormco; keduanya made in USA). Dokter yang mengerjakan dan juga dosen yang mengawasi/membimbing sama sekali tidak mendapatkan bayaran atas jasa yang diberikan selama pasien dirawat. Tidak ada biaya operasional klinik yang ditagihkan ke pasien (pada klinik di luar kampus tentu secara tidak langsung pasien harus membayar lebih karena klinik butuh biaya operasional, seperti sewa gedung, listrik, air, gaji perawat, dsb). Tidak ada kalkulasi yang mesti diperhitungkan untuk mengembalikan modal dokter untuk membeli kursi dental unit, alat-alat praktek (tang, dsb). Semua peralatan (seperti tang, dll) adalah milik pribadi dokter yang sedang mengambil spesialis orthodonti. Lebih dari itu, klinik juga mendapatkan subsidi dari kampus (selain subsidi dari calon dokter spesialis orthodonti itu sendiri, yang telah membayar puluhan juta rupiah setiap semester-nya).

Sekali lagi, silahkan bayangkan, kualitas seperti apa yang Anda peroleh kalau harga pasang bisa sampai di bawah itu, padahal di tempat (praktek) yang tentunya mencari keuntungan.

13. Tanya: Saya ingin pakai kawat gigi, tetapi saya tidak ingin ada gigi yang dicabut. Apakah ini memungkinkan?

Jawab: Yang menentukan apakah harus ada gigi yang dicabut atau tidak adalah dokter. Bukan pasien. Jika Anda dirawat oleh dokter gigi spesialis orthodonti, tidak perlu ada kekhawatiran posisi gigi Anda menjadi jelek, tidak simetris, jarang-jarang, dan sebagainya. Sebaliknya, jika Anda tidak dirawat oleh dokter gigi spesialis orthodonti, Anda boleh memiliki kekhawatiran seperti itu.

14. Tanya: Saya pernah menggunakan kawat gigi, tapi sekarang gigi saya berantakan lagi. Kenapa bisa begitu?

Jawab: Setelah proses perawatan orthodonti, pasien harus menggunakan retainer (alat penahan) agar posisi gigi tidak kembali bergeser. Biasanya dokter akan menganjurkan pasien untuk menggunakan retainer tersebut selama beberapa bulan. Ketidakkonsistenan pasien dalam menggunakan retainer seringkali menjadi penyebab gigi bergeser kembali.

15. Tanya: Apa beda behel metal, porselen dan damon?

Jawab: Behel porselen menggunakan bahan yang transparan, biasanya digunakan pada mereka yang tidak ingin terlalu terlihat sedang menggunakan kawat gigi (tujuan estetika). Untuk mereka yang memakai kawat gigi karena ingin gaya (fashion), penggunaan behel metal mestinya lebih cocok. Behel metal ini pada implementasinya menggunakan bantuan karet (untuk mengikatkan bracket ke kawat gigi). Beragam jenis warna dan model karet merupakan salah satu daya tarik tersendiri…

Namun demikian, karena sifat bawaannya, behel berbahan porselen tidak akan sebaik behel berbahan metal ketika bertemu kawat gigi. Secara teknis, bracket metal bertemu kawat (yang juga metal) akan lebih efektif bekerja dibanding bracket porselen yang bertemu kawat metal. Akibatnya, proses perawatan yang menggunakan behel porselen menjadi lebih lama dibanding penggunaan behel metal.

Behel damon juga menggunakan metal pada bracket. Bedanya, behel damon tidak membutuhkan karet untuk ‘menyambung’ bracket yang menempel di gigi dengan kawat yang melengkung mengikuti kurva gigi. Selain itu, behel damon menggunakan kawat berkualitas tinggi yang memiliki kelenturan yang jauh lebih baik dibanding behel metal biasa. Akibatnya, proses perawatan orthodonti menggunakan behel damon bisa lebih cepat dibanding behel-behel lainnya. Waktu kontrol (kunjungan ke dokter gigi) pada pasien yang menggunakan behel damon juga lebih jarang. Jika pasien yang menggunakan behel metal harus kontrol sekitar 3 minggu sekali, pengguna behel damon cukup berkunjung sekitar 6 minggu sekali. Waktu kunjungan pengguna behel metal biasa sebenarnya lebih karena harus dilakukan penggantian karet. Setelah 3 minggu karet yang menempel di bracket mengalami degradasi dan menimbulkan bau. Jika ada karet lain yang digunakan (misal untuk menarik gigi ke belakang), hal yang sama juga berlaku… Setelah 3 minggu kemampuan karet tersebut untuk menarik sudah tidak ada. Jadi, harus diganti. Kalau malas, ya konsekuensinya jelas semakin lama pula waktu perawatan (selain resiko bau mulut… haha).

Secara tidak langsung penjelasan di atas juga memberikan gambaran bahwa mahal-murahnya harga behel terkait pula pada kualitas kawat yang digunakan. Harga yang lebih mahal tentu terkait dengan kualitas dan kemampuan elastisitas yang baik. Sedangkan kawat yang murah tidak lebih sekedar kawat biasa.

16. Tanya: Apakah bisa seorang pengguna behel alergi terhadap bahan metal yang digunakan?

Jawab: Sepanjang pengalaman praktek istri saya sebagai orthodontist, belum pernah menemukan kasus ada pasien yang alergi karena kawat gigi. Secara teori, bahan stainless steel yang digunakan tidak akan membuat alergi pada mulut pasien. Entah kalau kawat yang digunakan tidak jelas kualitasnya.

17. Tanya: Saya tidak ingin ada gigi yang dicabut ketika hendak memakai kawat gigi. Saya pernah dengar bahwa alternatif lain adalah dengan melakukan kikir pada gigi. Apakah itu memungkinkan?

Jawab: Pada kasus-kasus tertentu sah-sah saja dilakukan pengikiran gigi untuk mendapatkan ruang. Namun demikian harus diperhatikan beberapa hal. Yang pertama, pengikiran gigi tentu berakibat mempertipis gigi Anda. Semakin tipis gigi mengakibatkan semakin sensitif terhadap rasa (terutama dingin). Akibatnya tentu semakin mudah Anda merasakan ngilu di gigi.

Yang kedua, perlu diketahui pula bahwa maksimal pengikiran pada sebuah sisi gigi tidak lebih dari 0,25mm. Artinya pada sebuah gigi boleh dikikir sebanyak-banyaknya 2 x 0,25mm. Anda hanya mendapatkan space sebesar 0,5mm dari sebuah gigi yang dikikir pada sisi yang bersinggungan dengan gigi lain. Silahkan dihitung, ada berapa banyak gigi yang mau dikikir dan berapa ruang maksimum yang bisa diperoleh. Lebih baik dilakukan pencabutan saja… Selanjutnya percayakan pada Orthodontist untuk membuat susunan gigi Anda menjadi rapih.


Boy with Braces


Lagi-lagi kartun kawat gigi....

Wednesday, February 15, 2012

Tuesday, February 14, 2012

Friday, February 10, 2012

Thursday, February 9, 2012

Tuesday, February 7, 2012